Saturday, January 01, 2005

The Curious Incident of The Dog in The Night-Time

Bahasa Indonesianya sih jadi : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran. Ini tuh judul buku fiksi. Dan gw sukaaaaaaaaaaaaaaa banget ama buku ini. Sayangnya ga banyak orang yakin kalau buku ini benar2 bagus gara2 warna covernya yang norak abis. Warnanya PINK NEON, bo. Gw bete banget ama pemilihan warna cover ini. Soalnya pas gw browsing di internet, warna cover aslinya tuh merah gelap gitu, entah merah apa itu namanya, yang jelas ga norak dan lebih serius. Yah, menurut gw orang2 akan menganggap buku ini dengan lebih serius kalau warnanya lebih gelap, dan bukan warna Neon gitu.
Edisi Indonesia

Ini nih salah satu paragraf yang ada di buku ini dan gw suka :
Apa yang sebenarnya terjadi ketika kau meninggal adalah otakmu berhenti bekerja dan tubuhmu membusuk, seperti Rabbit waktu dia mati dan kami menguburnya di ujung pekarangan. Dan semua molekulnya terurai menjadi moleku lain dan semuanya masuk ke dalam tanah dan dimakan oleh cacing dan diserap oleh tanaman dan kalau kita gali kuburannya 10 tahun lagi maka takkan ada yang tersisa selain tulang-belulangnya. Dan bahkan dalam 1.000 tahun tulang-belulangnya juga sudah lenyap. Tapi itu tidak jadi soal karena sekarang dia sudah menjadi bagian dari bunga-bunga dan semak-semak dan pohon apel.

Kayaknya, entah kenapa, gw selalu suka ide2 yang bilang bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini ga pernah akan hilang begitu aja. Ketika sesuatu hilang, maka akan muncul hal2 lain yang memunculkan sesuatu yang udah ilang itu.Ga ada sesuatu yang bisa muncul begitu aja tanpa masa lalu kan?

Edisi Bahasa Inggrisnya

Saking sukanya ama buku ini, gw jadi browsing di internet buat nyari tau tentang pengarangnya. Ini ada cuplikan kata-kata pengarangnya tentang apa yang dia suka di buku ini.
Haddon: One of the things I like about the book, if I'm allowed to say that about my own book, is something I realized quite early on: It has a very simple surface, but there are layers of irony and paradox all the way through it. Here is a fiction about a character who says he can only tell the truth, he can't tell lies — but he gets everything wrong. Here is a narrator who seems to be hugely ill-equipped for writing a book — he can't understand metaphor, he can't understand other people's emotions, he misses the bigger picture — and yet it makes him incredibly well suited to narrating a book. He never explains too much. He never tries to persuade the reader to feel about things this way or that way; he just kind of paints this picture and says, "Make of it what you will." Which is a kind of writing that many writers are searching for all the time.

Also — and this has become something very important to me — it's not just a book about disability. Obviously, on some level it is, but on another level, and this is a level that I think only perhaps adults will get, it's a book about books, about what you can do with words and what it means to communicate with someone in a book. Here's a character whom if you met him in real life you'd never, ever get inside his head. Yet something magical happens when you write a novel about him. You slip inside his head, and it seems like the most natural thing in the world.


2 comments:

dita said...

iya iyah, ini juga buku favorit gw!!! Karena banyak matematikanya. Seru deh... Eh kita udah pernah ngebahas ya Ken? by the way yg punya gw warnanya ga pink norak tuh. hehehhee .. :D

Niken said...

iya deh, dita...
abis punya lu kan bukan yang edisi indonesia. hehehe