Tuesday, June 01, 2010

Akibat Slasher

Sudah lebih dari setengah jam Soffy menelusuri ruangan itu. Ruangan itu indah sekali. Di salah satu sudutnya terdapat sofa ala Cleopatra, tempat Soffy terbangun tadi. Di dinding2nya tergantung lukisan-lukisan karya pelukis terkenal. Beberapa dikenalinya sebagai karya Degaz, Michaelangelo, dan Van Gogh. Di beberapa tempat pilar-pilar ala kuil Parthenon berdiri tegak. Di ujung-ujungnya terdapat relief malaikat. Soffy mendesah penuh kekaguman menatap keindahan di sekelilingnya.

Ketika melangkah menuju pilar ketiga, telinganya menangkap suara gemericik air. Matanya mulai mencari-cari sumber suara itu. Soffy memekik girang ketika melihat air terjun buatan di ujung ruangan. Soffy adalah pecinta benda-benda yang indah, terutama yang berhubungan dengan air. Soffy berjalan cepat-cepat ke arah air terjun buatan itu dan berjongkok di pinggir kolamnya. Dia senang sekali melihat ikan-ikan hias warna warni yang berenang-renang di dalamnya. Sambil tertawa-tawa Soffy mencelupkan tangannya dan bermain-main dengan ikan-ikan itu.

Setelah lelah berjongkok, Soffy menghempaskan pantatnya dan duduk bersila. Sekarang, setelah seisi ruangan itu sudah ditelusurinya dia mulai berpikir, "Ada di manakah dia sekarang? Mengapa dia bisa sampai di tempat ini?" Soffy yakin dia belum pernah pergi ke tempat ini. Kalau begitu pasti ada seseorang yang membawanya ke sini semalam, setelah dia tidur. Dia ingat dan yakin bahwa dia tidur di tempat tidurnya semalam. Karena pusing dan tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri, Soffy mulai mengedarkan pandangannya menelusuri dinding-dinding di ruangan itu. Rasanya ada yang aneh dengan ruangan itu. Indah. Sangat indah. Tapi aneh. Setelah beberapa kali memperhatikan ruangan itu, akhirnya Soffy sadar apa yang aneh dari ruangan itu. Di sana tak ada pintu!

Soffy bangkit dan mulai berjalan menelusuri dinding. Dengan hati-hati dia memperhatikan setiap jengkal dinding, mencari-cari apakah ada celah di sana. Dengan sia-sia Soffy sampai lagi di air terjun. Gelisah mulai merambati tulang belakangnya. Sekali lagi Soffy mengelilingi ruangan itu. Kali ini dengan setengah berlari. Tanggannya menggedor-gedor dinding, makin lama makin keras. Ketika sampai lagi di air terjun napasnya terengah-engah, air matanya mulai mengalir. Panik mulai menyerang.

Soffy duduk lagi di pinggir kolam. Sambil menatap air kolam yang beriak-riak, dia merenung. "Setidaknya aku tidak akan mati kehausan" pikirnya.

LOG 37:
1. Air kolam sudah tinggal setengah
2. Ikan-ikan sudah habis
3. Kondisi fisik objek: Pupil mata membesar, degup jantung makin cepat
4. Kondisi psikologis: Objek menunjukkan tanda-tanda kataton

Soffy lapar sekali. Ikan terakhir sudah habis dilahapnya sekitar 10 jam yang lalu. Tak ada lagi yang bisa dimakannya sekarang. Ikan mentah rasanya menjijikkan di awal, tapi lama-lama Soffy terbiasa. Bau amis dan rasa liat menggelenyar sudah tidak terasa lagi di ikan yang ketiga. Giginya pun sudah terbiasa mencabik daging yang liat. Tapi sekarang ikan-ikan itu sudah habis. Soffy memandangi lengannya, bertanya-tanya seperti apa rasa dagingnya sendiri. Dijilatnya kulitnya, rasanya agak-agak asin. Kemudian dia mulai menggigiti lenggannya, ragu-ragu untuk merobeknya. Akhirnya Soffy menetapkan hati dan menancapkan gigi di dagingnya. Sakiiiiiit...... Tapi dengan sekali tarikan dagingnya terlepas. Dikunyahnya perlahan. Manis. Ada rasa getir dan asin dari darahnya. Rasa sakit menusuk-nusuk lengannya, tapi rasa laparnya berkurang. "Satu gigitan lagi" pikir Soffy.

LOG 152:
Objek meninggal dunia.
Bagian lengan dan kaki tak berdaging.

Sang psikolog menutup jurnalnya. Di halaman depan terbaca "PERCOBAAN 8: Mati di Tempat Indah".